Rabu, 29 Februari 2012

Kapitalisme, Sistem Cacat yang Sekarat

Islam menjadi satu-satunya alternatif terhadap sistem ekonomi kapitalisme saat ini.
Bukan hanya kali ini kapitalisme mengalami guncangan. Berkali-kali sistem ekonomi ini terseok-seok. Dengan tambal sulam, yang berarti melepaskan diri dari prinsip dasar, kapitalisme terselamatkan untuk sementara. Namun akankah krisis kali ini akan bisa diatasi?
Banyak pakar ekonomi berpendapat, krisis kapitalisme saat ini melebihi krisis yang pernah terjadi sebelumnya. Bahkan jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan great depression, Oktober 1929, yang juga dimulai di Wall Street.
Krisis ini bukan disebabkan faktor luar tapi faktor dalam yakni kapitalisme itu sendiri. Dr Mohammad Malkawi, penulis buku berjudul: The Fall of Capitalism and Rise of Islam, menjelaskan, adanya cacat serius dalam sistem kapitalisme dan ketidakmampuannya untuk mempertahankan stabilitas ekonomi dunia di bawah kapitalisme.
Sistem ini sangat rapuh. Bahkan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) M Ismail Yusanto menyebut sistem ekonomi kapitalis ini bersifat self-destructive (menghancurkan diri sendiri).
Paling tidak ada tiga pilar utama sistem ekonomi kapitalis ini. Yakni :
  1. Riba yang diwujudkan dalam perbankan (baik bank komersial yang memberikan kredit, maupun bank investasi/lembaga sekuritas yang membeli surat utang (umumnya melalui pasar modal)
  2. Judi yang mewujud dalam bursa saham dan pasar uang
  3. Sistem uang kertas yang standarnya dolar.
Sistem ribawi ini menyebabkan uang yang beredar di sektor riil (produksi) jauh lebih kecil dibandingkan dengan di sektor non riil. Ini karena perbankan harus bisa memutar uang yang ada demi memberikan bunga kepada nasabahnya. Tentu uang itu tidak diputar di sektor riil seperti pemberian kredit tapi di sektor lain seperti pasar uang dan surat utang. Makanya, begitu gejolak terjadi dampaknya akan sangat dahsyat karena tidak bertumpu pada ekonomi riil. Inilah yang disebut bubble economy (ekonomi balon).
Sistem ribawi ini juga menyebabkan harta hanya beredar di kalangan orang kaya saja. Orang miskin tidak dapat menikmati dana banyak yang ada di perbankan karena tidak punya agunan. Orang kaya akan mudah mendapatkan kucuran dana. Nah, dana yang mereka peroleh dapat dijadikan mesin uang lagi dengan diinvestasikan di sektor non riil misalnya dengan mencari bunga lagi yang lebih besar. Jika terjadi sesuatu, uang itu bisa habis tanpa sisa karena memang tidak ada yang riilnya.
Sistem ini meniscayakan uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar semata tapi sudah berubah menjadi komoditas yang diperdagangkan misalnya dalam bursa valuta asing dan dalam bursa saham. Dari uang bisa ditarik keuntungan (interest) alias bunga/riba dari setiap transaksi peminjaman atau penyimpanan. Bursa-bursa itu penuh spekulasi alias judi.
Ketika bursa saham gonjang-ganjing maka para pemilik saham pun rugi dan jatuh ‘miskin’. Padahal, mereka adalah pemilik perusahaan. Akibatnya, banyak perusahaan yang mengalami kredit macet. Gagal bayar perusahaan mengakibatkan likuiditas bank menurun. Kinerja bank yang sebelumnya jeblok menjadi semakin hancur. Sedangkan nilai perusahaan/kekayaan menurun sehingga perusahaan dijual murah atau mem-PHK karyawannya.
Turunnya harga saham menyebabkan turunnya ekspor dan berkurangnya arus modal masuk, yang menyebabkan kurs uang melemah. Ini karena mata uangnya kertas dan standarnya adalah dolar. Siapa yang bisa menghentikan pencetakan uang ini? Ketika dolar terguncang, sudah pasti semua mata uang dunia ikut terguncang Islam sebagai Solusi Malkawi yang tinggal di Amerika ini menegaskan, keruntuhan kapitalisme pasti akan terjadi. Sebagai gantinya adalah sistem Islam. Menurutnya, Islam memiliki ide-ide dan pemikiran yang dirumuskan dengan baik dan sistem yang terstruktur. Selain itu, Islam memiliki catatan sejarah penerapan lebih dari 1300 tahun yang menunjukkan bahwa Islam mampu menghasilkan sistem produktif yang dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah manusia yang paling dasar seperti makanan, keamanan, kesehatan, pendidikan dan stabilitas. "Masalah satu-satunya pada hari ini hanyalah bahwa Islam tidak diterapkan dalam kerangka negara dan masyarakat," katanya.
Dalam Islam, uang dikembalikan kepada fungsinya sebagai alat tukar saja.
Mata uang dibuat dengan basis emas dan perak (dinar dan dirham di mana 1 dinar emas syar’i beratnya 4,25 gram emas dan 1 dirham perak syar’i beratnya 2,975 gram perak). Mata uang ini akan stabil, bebas guncangan.
Sedangkan ekonomi digerakkan hanya oleh sektor riil saja. Tidak akan ada sektor non riildalam arti orang berusaha menarik keuntungan dari mengkomoditaskan uang dalam pasar uang, bank, pasar modal dan sebagainya.
Dalam sistem seperti ini, uang yang beredar pasti hanya akan bertemu dengan barang dan jasa bukan dengan sesama uang seperti yang terjadi pada transaksi perbankan atau pasar modal dalam sistem kapitalis. Semakin banyak uang beredar, semakin banyak pula barang dan jasa yang diproduksi dan diserap pasar. Akibatnya pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat sehingga lapangan pekerjaan terbuka, pengangguran bisa ditekan, kesejahteraan masyarakat meningkat. Semua pertumbuhan itu berlangsung secara mantap (steady growth), tanpa ada kekhawatiran terjadi kolaps.
Persoalannya tinggal menunggu negara yang menerapkannya. Tentu negaranya bukan negara kapitalis atau sosialis, tapi negara Islam. Itulah Daulah Khilafah Islamiyah. [] Mujiyanto Ekonomi Judi Prof Maurice Allais, peraih Nobel ekonomi 1997 dalam tulisannya The Monetary Conditions of an Economy of Market" menyebut bursa saham dunia saat ini sebagai big casino (kasino besar) dengan meja judi yang disebar ke seluruh antero dunia mulai dari New York, London, Tokyo, Hongkong, Frankfurt, hingga Paris.
Dalam penelitiannya yang melibatkan 21 negara besar, Allais menunjukkan bahwa uang yang beredar di masyarakat (sebagai private goods) jauh lebih banyak daripada yang berputar di sektor riil (sebagai public goods).
Menurutnya, uang yang beredar di sektor non riil tiap hari mencapai lebih dari 440 milyar US dolar, sedang di sektor riil hanya sekitar 30 milyar US dolar atau kurang dari 10 persennya.
Kondisi ini membuat fungsi uang sebagai lokomotif penggerak kegiatan ekonomi tidak lagi efektif karena telah berubah fungsi menjadi komoditas.
Bila beredarnya uang diharap akan menyebarkan kemakmuran dan mengurangi pengangguran, maka harapan itu kini tidak lagi dapat diwujudkan. Fakta sudah bicara!
Sumber : Mailing List Syiar Islam

Selasa, 14 Februari 2012

Program Beasiswa GE Foundation Scholar-Leader Program

Program beasiswa GE Foundation Scholar-Leaders Program kembali ditawarkan kepada mahasiswa S1 Indonesia yang terdaftar aktif kuliah di tahun ajaran 2011/2012 di IPB, ITB, ITS, UGM, UI, UNAIR, UNDIP, UNIBRAW dan UNPAD. Beasiswa akan diberikan kepada mahasiswa yang sedang berada di tahun kedua mulai dari semester tiga sampai delapan khususnya dari Fakultas MIPA, Ekonomi atau Teknik, serta aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau kegiatan sosial lainnya. Batas akhir pendaftaran terdekat adalah 15 Maret 2012.
Persyaratan:
  • Mahasiswa S1 angkatan 2010 dari IPB, ITB, ITS, UGM, UI, UNAIR, UNDIP, UNIBRAW dan UNPAD; di salah satu jurusan berikut: Ekonomi (Akuntansi, Studi Pembangunan, Manajemen), MIPA (Fisika, Kimia, Matematika), Ilmu Komputer, Ilmu Lingkungan, Teknik (Teknik Elektro, Teknik Fisika, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Komputer, Teknik Lingkungan, atau Teknik Mesin)
  • IP semester I, II, dan III minimal 3.0 (skala 4)
  • Memiliki keterampilan dan kemampuan intelektual dan berjiwa kepemimpinan tinggi
  • Aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau kegiatan sosial lainnya
  • Memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik
  • Berasal dari keluarga tidak mampu
  • Tidak sedang menerima beasiswa dari institusi/sponsor lain
Persyaratan yang diperlukan:
  • Formulir aplikasi GE-FSLP yang sudah lengkap dan ditandatangani (diisi secara online dan dicetak)
  • Satu (1) pas foto berwarna 4×6 cm
  • Satu (1) foto copy KTP yang masih berlaku
  • Surat keterangan aktif kuliah dari universitas (asli)
  • Satu (1) transkrip nilai dari semester 1 sampai 3 (dilegalisir)
  • Satu (1) foto copy Ijazah SMU
  • Satu (1) foto copy Surat Tanda Tamat Belajar (STTB)
  • Satu (1) foto copy national standard (NEM)
  • 2 surat rekomendasi (dari dosen wali dan dosen lainnya)
  • Surat keterangan tidak mampu dari pihak kampus
  • Surat keterangan tidak mampu dari pihak kelurahan
  • Surat keterangan aktif di organisasi kemahasiswaan atau sosial lainnya
  • Surat pernyataan tidak sedang dan tidak akan menerima beasiswa lain, apabila ditetapkan sebagai penerima beasiswa GE Foundation Scholar Leaders Program, yang diketahui oleh dosen wali/pembimbing akademik
BATAS AKHIR PENDAFTARAN: 15 Maret 2012 (cap pos)
  • Pengisian formulir aplikasi dilakukan secara online. Pelamar harus mengakses dan mengisi formulir aplikasi di http://www.scholarshipandmore.org/ dan anda harus mengirimkan versi hard copynya termasuk semua dokumen pendukung yang diperlukan ke Indonesian International Education Foundation (IIEF)
  • Berkas pendaftaran lengkap dikirimkan ke:
    Beasiswa GE Foundation Scholar-Leaders Program
    IIEF
    Menara Imperium Lt. 28 Suite A-B
    Jl. H. R. Rasuna Said, Jakarta 12980
    Telp 021-8317330, Fax: 021-8317331
    E-mail: mailto:scholarship@iief.or.id
    Website: http://www.iief.or.id/

Senin, 13 Februari 2012

Sekolah 5 Senti

Oleh: Rhenald Kasali *

Setiap kali berkunjung ke Yerusalem, saya sering tertegun melihat orang-orang Yahudi orthodox yang penampilannya sama semua. Agak mirip dengan China di era Mao yang masyarakatnya dibangun oleh dogma pada rezim otoriter dengan pakaian ala Mao. Di China, orang-orang tua di era Mao jarang senyum, sama seperti orang Yahudi yang baru terlihat happy saat upacara tertentu di depan Tembok Ratapan. Itupun tak semuanya. Sebagian terlihat murung dan menangis persis di depan tembok yang banyak celahnya dan di isi kertas-kertas bertuliskan harapan dan doa.

Perhatian saya tertuju pada jas hitam, baju putih, janggut panjang dan topi kulit berwarna hitam yang menjulang tinggi di atas kepala mereka. Menurut Dr. Stephen Carr Leon yang pernah tinggal di Yerusalem, saat istri mereka mengandung, para suami akan lebih sering berada di rumah mengajari istri rumus-rumus matematika atau bermain musik. Mereka ingin anak-anak mereka secerdas Albert Einstein, atau sehebat Violis terkenal Itzhak Perlman.

Saya kira bukan hanya orang Yahudi yang ingin anak-anaknya menjadi orang pintar. Di Amerika Serikat, saya juga melihat orang-orang India yang membanting tulang habis-habisan agar bisa menyekolahkan anaknya. Di Bekasi, saya pernah bertemu dengan orang Batak yang membuka usaha tambal ban di pinggir jalan. Dan begitu saya intip rumahnya, di dalam biliknya yang terbuat dari bambu dan gedek saya melihat seorang anak usia SD sedang belajar sambil minum susu di depan lampu templok yang terterpa angin.Tapi tahukah anda, orang-orang yang sukses itu sekolahnya bukan hanya 5 senti?

Dari Atas atau Bawah ? Sekolah 5 senti dimulai dari kepala di bagian atas. Supaya fokus, maka saat bersekolah, tangan harus dilipat, duduk tenang dan mendengarkan. Setelah itu, apa yang di pelajari di bangku sekolah diulang dirumah, di tata satu persatu seperti melakukan filing, supaya tersimpan teratur di otak. Orang-orang yang sekolahnya 5 senti mengutamakan raport dan transkrip nilai. Itu mencerminkan seberapa penuh isi kepalanya. Kalau diukur dari kepala bagian atas, ya paling jauh menyerap hingga 5 sentimeter ke bawah.

Tetapi ada juga yang mulainya bukan dari atas, melainkan dari alas kaki. Pintarnya, minimal harus 50 senti, hingga ke lutut. Kata Bob Sadino, ini cara goblok. Enggak usah mikir, jalan aja, coba, rasain, lama-lama otomatis naik ke atas. Cuma, mulai dari atas atau dari bawah, ternyata sama saja. Sama-sama bisa sukses dan bisa gagal. Tergantung berhentinya sampai dimana.

Ada orang yang mulainya dari atas dan berhenti di 5 senti itu, ia hanya menjadi akademisi yang steril dan frustasi. Hanya bisa mikir tak bisa ngomong, menulis, apalagi memberi contoh. Sedangkan yang mulainya dari bawah juga ada yang berhenti sampai dengkul saja, seperti menjadi pengayuh becak. Keduanya sama-sama berat menjalani hidup, kendati yang pertama dulu bersekolah di ITB atau ITS dengan IPK 4.0. Supaya bisa menjadi manusia unggul, para imigran Arab, Yahudi, China, dan India di Amerika Serikat menciptakan kondisi agar anak-anak mereka tidak sekolah hanya 5 senti tetapi sekolah 2 meter. Dari atas kepala hingga telapak kaki. Pintar itu bukan hanya untuk berpikir saja, melainkan juga menjalankan apa yang dipikirkan, melakukan hubungan ke kiri dan kanan, mengambil dan memberi, menulis dan berbicara. Otak, tangan, kaki dan mulut sama-sama di sekolahkan, dan sama-sama harus bekerja. Sekarang saya jadi mengerti mengapa orang-orang Yahudi Mengirim anak-anaknya ke sekolah musik, atau mengapa anak-anak orang Tionghoa di tugaskan menjaga toko, melayani pembeli selepas sekolah.

Sekarang ini Indonesia sedang banyak masalah karena guru-guru dan dosen-dosen nya - maaf- sebagian besar hanya pintar 5 senti dan mereka mau murid-murid nya sama seperti mereka. Guru Besar Ilmu Teknik (sipil) yang pintarnya hanya 5 senti hanya asyik membaca berita saat mendengar Jembatan Kutai Kartanegara ambruk atau terjadi gempa di Padang. Guru besar yang pintarnya 2 meter segera berkemas dan berangkat meninjau lokasi, memeriksa dan mencari penyebabnya. Mereka menulis karangan ilmiah dan memberikan simposium kepada generasi baru tentang apa yang ditemukan di lapangan.Yang sekolahnya 5 senti hanya bisa berkomentar atas komentar-komentar orang lain. Sedangkan yang pandainya 2 meter cepat kaki dan ringan tangan.Sebaliknya yang pandainya dari bawah dan berhenti sampai di dengkul hanya bisa marah-marah dan membodoh-bodohi orang-orang pintar, padahal usahanya banyak masalah.

Saya pernah bertemu dengan orang yang memulainya dari bawah, dari dengkul nya, lalu bekerja di perusahaan tambang sebagai tenaga fisik lepas pantai. Walau sekolahnya susah, ia terus menabung sampai akhirnya tiba di Amerika Serikat. Disana ia hanya tahu Berkeley University dari koran yang menyebut asal sekolah para ekonom terkenal.Tetapi karena bahasa inggris nya buruk, dan pengetahuannya kurang, ia beberap kali tertipu dan masuk di kampus Berkeley yang sekolahnya abal-abal. Bukan Berkeley yang menjadi sekolah para ekonom terkenal. Itupun baru setahun kemudian ia sadari, yaitu saat duitnya habis. Sekolah tidak jelas, uang pun tak ada, ia harus kembali ke Jakarta dan bekerja lagi di rig lepas pantai.

Dua tahun kemudian orang ini kembali ke Berkeley, dan semua orang terkejut kini ia bersekolah di Business School yang paling bergengsi di Berkeley. Apa kiatnya? "Saya datangi dekannya, dan saya minta diberi kesempatan . Saya katakan, saya akan buktikan saya bisa menyelesaikannya. Tetapi kalau tidak diberi kesempatan bagaimana saya membuktikannya?"Teman-teman nya bercerita, sewaktu ia kembali ke Berkeley semua orang Indonesia bertepuk tangan karena terharu. Anda mau tahu dimana ia berada sekarang?Setelah meraih gelar MBA dari Berkeley dan meniti karir nya sebagai eksekutif, kini orang hebat ini menjadi pengusaha dalam bidang energy yang ramah lingkungan, besar dan inovatif.Saya juga bisa bercerita banyak tentang dosen-dosen tertentu yang pintarnya sama seperti Anda, tetapi mereka tidak hanya pintar bicara melainkan juga berbuat, menjalankan apa yang dipikirkan dan sebaliknya.

Maka jangan percaya kalau ada yang bilang sukses itu bisa dicapai melalui sekolah atau sebaliknya. Sukses itu bisa dimulai dari mana saja, dari atas oke, dari bawah juga tidak masalah. Yang penting jangan berhenti hanya 5 senti, atau 50 senti. Seperti otak orang tua yang harus di latih, fisik anak-anak muda juga harus di sekolahkan. Dan sekolahnya bukan di atas bangku, tetapi ada di alam semesta, berteman debu dan lumpur, berhujan dan berpanas-panas, jatuh dan bangun.

* Rhenald Kasali, Guru Besar Universitas Indonesia